Indonesia Hadapi Permasalahan Gizi Ganda
YOGYAKARTA, Persoalan gizi di Indonesia sepanjang satu tahun lebih paling akhir jadi makin kompleks. Terkecuali masalah gizi jelek yang ada banyak berlangsung, sekarang ini kecenderungan keunggulan gizi atau obesitas jadi di beberapa grup orang-orang jadi permasalahan baru di bagian gizi. Beberapa pakar gizi menyebutnya sebagai permasalahan gizi ganda. Ketua Program Studi Gizi serta Kesehatan Fakultas Kedokteran Kampus Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Emy Huriyati menyampaikan, kecenderungan obesitas berlangsung di orang-orang perkotaan. Dari riset th. 2008 di Kota Yogyakarta, 10 % anak-anak tunjukkan kecenderungan obesitas, katanya di Yogyakarta, Senin (5/10), dalam jumpa pers berkaitan penyelenggaraan seminar internasional permasalahan gizi yang bakal dikerjakan 15-17 Oktober yang akan datang. Riset itu juga tunjukkan 55, 7 % dari remaja umur 10-15 th. di Kota Yogyakarta sudah tunjukkan tanda-tanda metabolik yang karena sebab kecenderungan obesitas itu. Tanda-tanda metabolik ini dapat menghadap pada beberapa penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, serta stroke. Menurut Emy, banyak remaja serta anak-anak yang sudah tunjukkan kecenderungan obesitas ini bakal menyebabkan pada pergeseran umur pasien penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif bakal makin banyak menyerang masyarakat umur sekolah serta umur produktif. Walau sebenarnya, sebagian dekade lantas obesitas serta penyakit degeneratif cuma terkena pada masyarakat berumur kian lebih 50 th. ke atas. Di segi lain, masalah kurang gizi juga ada banyak berlangsung. Hal semacam ini tampak dari Human Development Index (HDI) Indonesia yang ada di urutan 110 dari 117 negara. Pakar Gizi dari UGM Toto Sudargo mengatakan, pada umumnya tingkat kekurangan gizi rata-rata anak sekolah di semua Indonesia sekitar pada 35-65 %. Keadaan ini menyebabkan pada berkurangnya tingkat kepandaian (IQ) anak 10-15 %. Kekurangan gizi yang banyak berlangsung yaitu kekurangan yodium serta protein. Dari riset th. 2003, sejumlah 10-29 % anak umur sekolah di D IY kekurangan yodium. Kekurangan yodium juga begitu tinggi di daerah pegunungan. Di Wonosobo, Jawa Tengah, 41 % anak sekolah kekurangan yodium, tuturnya. Untuk menangani kekurangan gizi ini, Toto menyarankan penambahan mengkonsumsi telur untuk anak-anak. Terkecuali murah, telur tak mengakibatkan reaksi sambilan dengan nilai gizi yang tinggi. Disamping itu, penambahan gizi berbentuk susu tak disarankan lantaran dapat menyebabkan diare pada anak yg tidak umum konsumsi. Ketua umum Asosiasi Dietisien Indonesia (Asdi) Martalena Purba menyebutkan, banyak masalah kekurangan serta keunggulan gizi meruapakan permasalahan gizi ganda yang butuh dipecahkan bangsa Indonesia. Kekurangan ataupun keunggulan gizi terlebih pada anak-anak serta remaja bikin kwalitas masyarakat Indonesia rendah, katanya. Menurut Martalena, permasalah gizi ini terkait erat dengan beragam permasalahan sosial lain seperti rendahnya daya beli, budaya, serta minimnya pengetahuan. Untuk menangani masalah ini, ikut serta beberapa penyuluh gizi begitu utama untuk tingkatkan pengetahuan orang-orang.